Seiring dengan berkembangnya pemahaman masyarakat
tentang pentingnya arti kesehatan, maka faktor kesehatan merupakan faktor kunci
dominan di industri pangan, karena faktor ini dijadikan pertimbangan utama bagi
para konsumen dalam menentukan produk pangan pilihannya. Akibatnya sekarang
muncul berbagai produk dengan label ‘Makanan Berkhasiat’.
Pada awal perkembangan industri pangan, bahan
pangan berfungsi sebagai sumber zat gizi yang dibutuhkan tubuh, seperti
karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral sudah dipahami peranannya
dalam pemenuhan gizi tubuh. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian dalam dua
dekade terakhir ini, zat gizi tertentu dan zat gizi dalam makanan ternyata
memeiliki aktivitas fisiologis (bioaktif). Karena keberadaan zat bioaktif ini
maka makanan tertentu bukan lagi hanya berfungsi sebagai sumber zat gizi,
melainkan juga berperan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah berbagai
penyakit. Makanan tersebut dikelompokkan sebagai makanan fungsional atau
makanan kesehatan.
Makanan fungsional didefinisikan sebagai
serangkaian makanan meliputi produk segar dan utuh maupun produk olahan, yang
diperkaya dan ditingkatkan mutunya sehingga menguntungkan bagi kesehatan dan
mengurangi resiko penyakit pada konsumen. Jepang dengan mayoritas masyarakat
yang peduli akan kualitas kesehatan, telah mengidentifikasi 12 golongan
komponen yang dapat menigkatkan kesehatan, yakni
1)
Serat pangan,
2)
Oligosakarida,
3)
Gula alkohol,
4)
Asam amino, peptida, protein,
5)
Glikosida,
6)
Alkohol,
7)
Isoprenoida dan vitamin,
8)
Kholin,
9)
Bakteri asam laktat,
10)
Mineral,
11)
Asam lemak tak jenuh (Polyunsaturated Fatty
Acids; PUFA), dan
12)
Phytochemicals yang umumnya bersifat antioksidan
(Silalahi, 2006).
Jenis makanan yang dengan kandungan salah satu atau kombinasi golongan di atas di Jepang disebut dengan FOSHU (Food for Specified Health Use). Tiga
syarat yang harus dipenuhi oleh makanan fungsional, yaitu :
1)
Harus berupa makanan (bukan dalam bentuk kapsul,
tablet atau bubuk) yang berasal dari bahan alami.
2) Harus
merupakan bahan yang dikonsumsi dari bagian diet sehari-hari, dan
3)
Memiliki fungsi khusus bila dikonsumsi, yakni
mengatur atau mempengaruhi proses dalam tubuh, seperti meningkatkan sistem
kekebalan, mencegah dan memulihkan penyakit tertentu, mengontrol fisik dan
mental, dan memperlambat proses penuaan (Silalahi, 2006)
Berdasarkan pengertian dan persyaratan untuk disebut sebagai makanan
kesehatan, maka hasil perikanan memiliki peluang yang sangat besar untuk
dijadikan sebagai sumber bahan pangan fungsional, karena berdasarkan hasil
penelitian terdapat kandungan bahan aktif
pada ikan-ikanan, rumput laut (mikro dan makroalgae), dan tanaman
mangrove. Bahkan untuk beberapa jenis mikroalgae sudah diteliti dan dipercaya
sebagai makanan berkhasiat menghambat bahkan menyembuhkan beberapa penyakit
degeneratif.
Ikan sebagai sumber pangan fungsional
Ikan, baik ikan darat maupun ikan laut dikenal
sebagai sumber protein. Kandungan protein pada ikan berkisar antara 18 – 22
gram per 100 gram untuk ikan segar, dan untuk ikan kering bahkan bisa sampai 40
gram per 100 gram berat, selain itu juga mengandung asam amino essensial yang
lebih lengkap dibanding sumber protein hewani yang lain, dengan nilai cerna
yang melebihi 90%. Ikan laut
pada khususnya merupakan bahan pangan yang kaya akan yodium. Zat ini diperlukan
oleh tubuh untuk dapat membentuk hormon tiroksin. Kandungan yodium yang
terkandung dalam ikan mencapai 83 mikogram/100 gram ikan. Sementara daging
hanya mengandung 5 mikrogram/100 gram. Dengan demikian konsumsi ikan laut yang
tinggi dapat mencegah penyakit gangguan akibat kurangnya konsumsi yodium
(GAKY). Selain mengandung protein, ikan yang kaya akan mineral seperti kalsium,
phospor yang diperlukan untuk pembentukan tulang, serta zat besi yang
diperlukan untuk pembentukan haemoglobin darah. Sementara kandungan lemak pada
ikan sebesar 70% terdiri dari asam lemak tak jenuh (Unsaturated Fatty Acid),
sedangkan pada daging sebagian besar terdiri dari asam lemak jenuh (Saturated
Fatty Acid) (Astawan, 2004)
Ikan
juga dapat menurunkan kadar kolesterol darah, menurunkan kadar trigliserida
darah, meningkatkan kecerdasan anak dan meningkatkan kemampuan akademik,
menurunkan risiko kematian karena penyakit jantung, mengurangi gejala rematik,
menurunkan aktivitas pertumbuhan sel kanker dan juga mengandung omega 3 dan
omega 6 (Pandit, 2008). Omega 3 yang terdapat pada ikan mencegah penyakit
jantung dan penyakit degeneratif lainnya. Masyarakat yang gemar mengonsumsi
ikan memiliki umur harapan hidup rata-rata lebih panjang daripada masyarakat
yang kurang mengonsumsi ikan (Pandit, 2008). Ikan lebih dianjurkan untuk
dikonsumsi dibandingkan dengan daging hewan, terutama bagi mereka yang
menderita kolesterol dan gangguan tekanan darah ataupun jantung (Suhartini dan
Hidayat, 2005). Konsumsi ikan minimal 2-3 kali dalam sehari efeknya
dapat mencegah penyakit, menjadi cerdas dan sehat. Ikan juga mengandung faktor
anti-oksidan yang melindungi asam lemak tak jenuh dari oksidasi sebelum dan
sesudah proses pencernaan (Siswono, 2003).
Tabel . Kandungan Omega 3 & Omega 6 pada Berbagai Jenis Ikan
Per 100
gr Ikan Jenis Ikan
|
Omega 3 (gr)
|
Omega 6 (gr)
|
Sardine
|
1,2
|
2,2
|
Tuna
|
2,1
|
3,2
|
Kembung
|
5,0
|
3,0
|
Salmon
|
1,6
|
2,1
|
Tenggiri
|
2,6
|
3,7
|
Tongkol
|
1,5
|
1,8
|
Teri
|
1,4
|
1,6
|
Sumber : Siswono (2003)
Selain dagingnya ikan juga menghasilkan minyak
ikan yang mempunyai konsentrasi
kandungan omega-3 yang lebih tinggi dibanding ikan utuh, sehingga dapat
dijadikan pilihan alternatif khususnya bagi orang yang bermasalah untuk makan
ikan atau orang yang memerlukan asupan omega-3 dalam jumlah banyak. Untuk
memperoleh efek tersebut diatas, sebagian orang harus memperoleh sekitar 6-9
gram minyak ikan per hari (rata-rata 100 gram ikan mengandung minyak ikan
sekitar 3 gram) (Siswono, 2003). Minyak ikan mempunyai pengaruh yang lebih
cepat dibanding dengan makan ikan. Namun demikian, beberapa manfaat makan ikan
terhadap beberapa penyakit tidak dapat diperoleh dengan mengonsumsi minyak
ikan. Bagi penderita tekanan darah tinggi misalnya, akan lebih bermanfaat makan
ikan daripada minyak ikan karena penurunan tekanan darah disebabkan oleh
tingginya proporsi DHA dan EPA. Ikan lebih banyak mengandung DHA dan EPA
dibandingkan minyak ikan. Vitamin yang ada dalam ikan juga bermacam-macam yaitu
vitamin A, D, thiamin, riboflavin dan niacin. Jumlah vitamin-vitamin ini
kebanyakan pada hati ikan daripada hati mamalia darat. Hati ikan hiu mengandung
vitamin A sampai 50000 IU/gram (Pandit, 2008).
Ikan
sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak jenuh
(Eicosapentaenoic acid/EPA, Docosahexanoid acid/DHA), yodium, selenium,
fluorida, zat besi, taurin, coenzyme Q10 dan kalori yang rendah (Harli, 2004).
Omega 3 dan omega 6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang
berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak
jika diberikan sejak dini, melenturkan pembuluh darah, hingga menurunkan kadar
trigliserida dan mencegah penggumpalan darah. Omega 3 dan omega 6 berasal dari
beragam jenis, terutama yang berasal dari laut, seperti sardine, tuna,
cakalang, kembung, mackarel, herring, salem, bonito dan lainnya,
karakteristiknya yang unik menyebabkan omega 3 mampu mencegah dan mengurangi
penumpukan kolesterol dan meletakkan bintik-bintik darah pada dinding pembuluh
yang merupakan sebab utama timbulnya serangan jantung dan stroke yang mematikan
(Astawan, 2003). Omega 3 selain bisa menurunkan kadar kolesterol darah juga
bisa mengatasi beban penderita penyakit asma, rematik, penyakit kulit,
komplikasi diabetes dan kanker payudara. Bahkan pertumbuhan sel otak manusia
sangat tergantung pada kadar omega 3 secara cukup sejak bayi dalam kandungan
sampai balita. Bila pada masa tersebut cukup tersedia omega 3 maka anak
tersebut akan tumbuh dengan potensi kecerdasan maksimal. Karena alasan itu,
sejak ibu hamil perlu mengonsumsi ikan dalam jumlah cukup sampai bayi yang
dikandungnya lahir. Setelah bayi bisa makan nasi tim perkenalkan ikan sampai
usia selanjutnya agar bayi menjadi sehat dan cerdas (Siswono, 2003).
Mengingat
tingginya manfaat ikan bagi kesehatan maka penting untuk menyertakan menu ikan
dan olahannya sebagai bahan diet sehari-hari agar terhindar dari beberapa
penyakit degeneratif, misalnya jantung dan kolesterol. Sehingga peluang promosi
ikan sebagai sumber makanan kesehatan perlu dikampanyekan lebih semarak lagi
agar mengkonsumsi ikan dijadikan sebagai budaya hidup sehat di Indonesia.
Investasikan menu sehat ikan mulai dari sekarang agar mendapatkan nikmat sehat
di usia tua.
Daftar Pustaka
Silalahi, J. 2006. Makanan Fungsional. Kanisius.
Yogyakarta
Suhartini dan
Hidayat, 2005. Olahan Ikan Segar, Penerbit Trubus Agri Sarana, Surabaya.
No comments:
Post a Comment